Kamis, 03 April 2008

Teknologi keramik komposit ( Keraton )

Teknologi keramiknya sendiri ternyata terdiri dari blok terpisah seperti ini selanjutnya blok-blok keramik dirakit dan disisipi tulangan yang berfungsi sebagai tulangan tarik untuk menjadi seperti balok sebagai berikut Kalau melihat penampilannya, maka tulangan tersebut juga berfungsi sebagai pengikat dengan semen (kelihatannya khusus) yang berfungsi seperti lem. Pada tahap ini, agar dapat menjadi balok yang baik, yang dapat diangkat dengan aman untuk dipasang di lantai atas adalah sangat tergantung dari teknologinya. Perlu presisi yang cukup baik, karena kalau tidak itu balok menjadi tidak lurus (saling bergeser), juga semennya perlu diketahui apa jenisnya, jika pakai semen biasa, berapa lama rakitan tersebut dapat diangkat. Untuk mengangkatnya juga perlu latihan dulu.

Secara logis bentuk di atas memang dapat diterima, bagian keramik berfungsi sebagai kopel desak, sedangkan tulangan sebagai tulangan tarik. Tulangan dipasang pada ke empat sudut, agar mampu menerima lentur pada semua arah. Tapi ingat, itu semua diarahkan untuk menerima berat sendiri, dan juga berat beton di atasnya, yaitu ketika dicor.

Selanjutnya tujuan dari balok di atas adalah dikembangkan sebagai lantai komposit, yaitu dengan dijajarkan dan diatasnya dicor dengan beton atau mungkin hanya mortar, sebagai berikut.

Inilah mungkin yang dimaksud dengan teknologi keramik komposit (keraton).

Jika melihat bagian atas keramik, bagian yang dicor, terlihat sekali cukup tipis, kurang dari 3 cm. Jadi pengecorannya kelihatannya bukan beton tapi mortar. Jika demikian maka yang dapat diandalkan adalah beton di pinggir-pinggir keramik tersebut, fungsinya seperti balok rib. Secara prinsip itu semua memang dapat bekerja sebagai elemen balok struktur. Bahkan pihak produsennya telah mengujinya di laboratorium .

Bagaimana dibanding beton masif ?

Ya jelaslah, beton masif secara kekuatan untuk ketebalan yang sama tentu akan lebih kuat dibanding lantai tersebut, apalagi jika didesain terhadap beban terpusat yang cukup besar, misalnya gudang.

keunggulan dari penggunaan lantai tersebut adalah
  • dapat berfungsi sebagai perancah tetap, dipasang tanpa perlu pembongkaran. Jadi jelas dari segi perancah ada penghematan
  • adanya rongga maka berat sendiri beton berkurang, jelas ini merupakan suatu keuntungan. Tetapi berapa tepatnya dapat dihemat perlu studi tersendiri, karena untuk pemasangan teknologi tersebut perlu perhatian khusus.
  • rongga juga bagus terhadap suara (lebih kedap ) juga terhadap termal, jadi mestinya lebih sunyi dan dingin. Tentunya ini perlu pengamatan yang lebih baik, karena sifatnya cukup relatif.

Kerugian memakai produk tersebut

  • karena memakai konsep balok, maka lantainya adalah one-way-slab, pengalihan beban dalam satu arah saja. Jadi bentuk lantai yang cocok adalah persegi, dimana balok komposit kraton tersebut ditempatkan pada arah pendeknya. Jadi jika digunakan pada lantai berbentuk bujur sangkar dimana pada keempat sisinya ada balok tumpuan yang di cor sekaligus maka sistem ini tidak cocok.
  • karena bagian beton atau mortar yang menjadi komposit relatif tipis, maka perilaku beban yang cocok adalah lentur global. Jika bebannya kebanyakan merata, lebih cocok, jika dibanding beban terpusat. Jika dipaksa, maka sebaiknya ketebalan beton ditambah, minimal 5 atau 6 cm dengan di atasnya ditambah tulangan. Masalahnya apakah teknologi ini mampu berdiri sendiri, karena jelas jika beton ditambah maka akan bertambah berat juga.
  • untuk pemasangan plafon di bagian bawah, hati-hati. Perlu ditanya apakah keramiknya nggak pecah jika dipaku. Apalagi paku beton. Karena biasanya semakin keras itu keramik, maka semakin non-ductile (getas).

Tentang promosinya yaitu

Pengurangan beban bangunan dengan pemakaian teknologi KERATON (keramik komposit beton) untuk pelat lantai tingkat anda, akan mengurangi daya ayun bangunan sehingga ketahanan akan gempa lebih baik.

Kadang bisa menyesatkan, karena awam pasti beranggapan bahwa jika memakai teknologi tersebut maka rumahnya akan tahan gempa ! Apakah memang betul seperti itu.

Saya kira itu perlu disikapi hati-hati. Memang benar sih, semakin ringan, maka suatu bangunan akan lebih baik terhadap gempa. Ingat rumus neweon F=m.a . Jadi jika massa bangunan berkurang maka gaya gempa yang terjadi akibat percepatan gempa juga berkurang pula khan.

Tapi ingat, bahwa dalam hal ini teknologi keramik komposit diposisikan sebagai lantai, dimana dalam hal penyaluran gaya-gaya, maka dia hanya berfungsi sebagai penahan beban-beban gravitasi saja. Kalaupun gempa, paling-paling berfungsi sebagai diagframa, meskipun dalam hal ini perlu disangsikan karena beton di atasnya relatif tipis. Apa bisa efektif gitu.

Padahal yang memegang peran penting bagi bangunan tahan gempa adalah struktur frame yaitu terdiri dari balok dan kolom.

Jadi jika ada pernyataan penjualnya bahwa jika pakai produk tersebut pasti akan tahan gempa adalah tidak tepat

Tidak ada komentar: